Pada
dasarnya Allah menciptakan sesuatu itu
berpasang-pasangan seperti Allah menciptakan langit dengan bumi, laki-laki
dengan perempuan dsb. Seperti dalam
firmannya Allah swt dalam surat An-nisa ayat 1 yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”.
Begitu juga dalam ilmu nahwu, ada
mubtada ada khobar, ada fiil ada fail, dan ada syarat ada juga jawab mari kita
bahas…..!!!
Dalam kitab Alfiyah Ibnu Malik bait
ke 705 itu menjelaskan syarat dan jawab syarat yang berbunyi :
والشرط يغنى عن جواب
قد علم # والعكس قد يأتى ان المعنى فهم
Syarat itu tidak butuh pada jawab yang sudah diketahui dan sebaliknya
artinya terkadang jawab tidak butuh pada syarat apabila maknanya itu sudah
dipaham (dimengerti).
والشرط يغنى عن جواب
قد علم
Syarat itu tidak butuh pada jawab yang sudah
diketahui contoh seperti yang terdapat dalam firmannya Allah swt
: فَاِنِ اسْتَطَعْتَ
أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِى اْلاَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِى السَّمَاءِ... الأية
Artinya
: Jika kamu mampu untuk membuat lobang kedasar bumi atau membuat tangga keatas
langit dan kamu dapat mendatangkan
mukjizat kepada mereka ( maka lakukanlah).
Mahalu
syahid lafadz فَاِنِ اسْتَطَعْتَ itu merupakan syarat yang tidak butuh
dengan adanya jawab yang sudah diketahui dengan korenah, yang takdirnya اي فافعل
Dalam
ayat ini diceritakan bahwa , orang-orang musyrik mekah pernah meminta kepada
nabi muhamad saw agar didatangkan kepada mereka mukjizat dan mereka berjanji akan beriman jika
permintaan mereka dipenuhi. Dan Allah menyatakan kepada nabi muhamad saw jika
nabi muhamad merasa berat orang-orang musyrik berpaling dari agama Allah dan
mereka mengajukan permintaan yang beraneka ragam agar mereka beriman. Dan jika nabi muhamad
ingin mengabulkan tuntutan mereka maka Allah menyuruhnya untuk membuat lobang
didasar bumi atau membuat tangga ke atas langit untuk mendapatkan apa yang
mereka minta, tentu saja nabi muhamad tidak dapat melakukannya.
Dan
Syarat tidak butuh pada jawab itu terkadang wajib, ketika syarat didahului oleh
lafadz yang menjadi jawab dalam maknanya, seperti contoh : وَاَنْتُمُ
اْلأَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِيْـنَ
Artinya
: “Dan kalian semua dalah orang-orang yang luhur derajatnya jika tergolong dari
orang-orang yang beriman.
Mahalu
syahid lafadz اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْـنَ ini adalah syarat yang tidak butuh pada jawab, dalam
hal ini itu wajib. Karena terdapat lafadz yang sebelumnya yang menjadi jawab
dalam maknanya . yang taqdirnya :
قَاَنْتُمُ
اْلأَعْلَوْن jawab tersebut dibuang
karena menganggap cukup dengan adanya lafadz yang sebelumnya syarat.
والعكس قد يأتى ان المعنى فهم
“ Dan sebaliknya artinya jawab
tidak butuh pada syarat ketika maknanya sudah dipaham , namun hal ini sedikit
terjadi. Contoh seperti dalam syair :
فَطَلِّقْهَا
فَلَسْتَ لَهَا بِكُفْءٍ # وَاِلاَّ يَعْلُ مَفْرِقَكَ الْحِسَامُ
“
Talaklah dia!, engkau bukanlah sepadan dengannya , apabila tidak , niscaya
pedang tajam akan membelah kepala mu”.
Mahalu
syahid lafadz يَعْلُ ini merupakan jawab yang tidak butuh dengan adanya syarat,
dengan bukti adanya lafadz yang dibuang yaitu lafadz تَطَلِّقْهَا . yang taqdirnya : وَاِلاَّ تَطَلِّقْهَا يَعْلُ مَفْرِقَكَ الْحِسَام
“
Talaklah dia!, engkau bukanlah sepadan dengannya , apabila tidak (engkau talak
dia), niscaya pedang tajam akan membelah kepala mu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar